Powered By Blogger

Sabtu, 29 Mei 2010

Desa Cibuluh..Desa di Kawasan Cagar Alam Gunung Simpang, Cianjur

Minggu, 16 Mei 2010
Setelah mghabiskan waktu 12 jam
dari Berau akhirnya sayapun tiba di Bandung pukul 10.30 WIB. Selama 3 hari di Bandung karena mengikuti acara Cross Learning GEF-SGP mitra2 dari beberapa daerah di Indonesia, kmudian dilanjutkan acara ke Desa Cibuluh-Cianjur Selatan yang telah berhasil dalam pengelolaan Energi Listrik Mikrohidro.
Rabu, 19 Mei 2010
Pagi jam 9 kami dah dijemput dengan mobil pariwisata. dari Bandung menuju Ciwidey yang masuk daerah Bandung Selatan diperlukan waktu selama 1,5 jam. Sambil menunggu mobil selanjutnya kami manfaatkan waktu untuk istirahat hampir 1/2 jam. Mobil elep (sejenis colt) yang akan kami tumpangi pun akhirnya datang.
perjalanan dilanjutkan selama 2 jam, dengan melewati perkebunan stroberi dan perkebunan teh. Hmm, ini adalah impianku melihat perkebunan teh secara langsung yang biasanya saya cuma mlihat lewat layar kaca.
Ternyata, perjalanan cukup melelahkan karena jalan yang dilewati masih berbatu-batu, tapi ada untungnya karena tidak sampai membuat perutku mual alias mabuk dengan kondisi jalan berkelok-kelok.
Semakin lama perjalanan semakin menanjak dan berkabut yang tentunya hawa dingin mulai menusuk tulang, nda sanggup saya mengambil jaket dari dalam tas dan memakainya.
Jam 2 siang, kami tiba di desa Londok, desa yang menjadi perbatasan kabupaten Bandung dan Cianjur. , kami pun turun yang ternyata di Londok ini ada desa persinggahan untuk makan siang.
Dalam kondisi dingin n lapar, kami pun kalap, tak terkecuali diriku yang sangat menikmati menu makan siang Ikan Mas Goreng n lalap..maknyus..nikmat.
Petualangan yang sebenarnyapun terjadi, setelah maksi kami melanjutkan perjalanan ke Desa Cibuluh. Katanya sih cuma 12 kilo tapi waktu tempuh sekitar 3 jam..hah.
Mobil elep tadipun cuma sebatas Londok, jadi kami pun menumpangi mobil "odong-odong" (sebutan penduduk Gunung simpang) yang aslinya mobil hardtop Toyota yang bodynya dah berkarat n bak belakangnya terbuka. Kami bersepuluh orang lebih (lupa menghitung), harus tumplek dimobil kecil tersebut, mau nda mau, disamping sopirpun harus diisi 3 orang, ditambah 3 orang dikap depan, 3 orang bersiri disamping kiri kanan pintu depan dan sisanya berdiri dibelakang bak terbuka...Sengsara..?? Pastinya.
Petualangan semakin seru dengan melewati tebing curam ditambah jalan sempit berbatu dan berlumpur..offroad. setelah sejam perjalanan kami putuskan untuk beristirahat n mengurangi ketegangan pastinya. Kamerapun beraksi..eksis?? tetep, tak peduli hujan gerimis turun smakin menambah dingin.
Setelah di rasa cukup, perjalanan dilanjutkan, Tiba di desa Cibuluh dah jam setengah tujuh malam. Makan, mandi lalu tidur.
Keesokan harinya, Lokakarya dilanjutkan sampai makan siang. Jam 1, acara dilanjutkan dengan mengunjungi lokasi rumah turbin yang berada dipinggir sungai Cibuluh dengan jarak 2 kilo. Saya memutuskan untuk menggunakan motor karena mendengar dari masyarakat bahwa untuk menuju kesana sangat jauh dan menuruni gunung. akhinya pilihan saya jatuh pada Warmin, pemuda desa Cibuluh.
Sangat ngeri memang, dengan kondisi jalan yg menurun 45 derajat dan berbatu tajam dan licin, sangat memicu adrenalin. namun akhirnya tiba di perjalanan terakhir yang dapat dilewati kendaraan motor. ternyata perjalanan dilanjutkan dengan menuruni gunung 90 derajat sejauh kurang lebih 20 meter dan dilanjutkan menyusuri sungai dan akhirnya sampai di rumah turbin mikro hidro (dalam hati berpikir bgm masyarakat cibuluh bisa sangat gila untuk mengadakan energi listrik dengan medan yang sangat sulit begini) namun terbukti sekarang mreka bisa mnikmati listrik.
Sejam sharing dengan masyarakat, saya berpikir untuk mengajak beberapa masyarakat dan peserta untuk pulang duluan, karena saya memutuskan untuk berjalan kaki saja (ngeri bila membayangkan harus naik motor dengan jalan yg bertambah licin karena hujan).
Ternyata tidak mudah yang saya bayangkan, sampai dipendakian yang 90 derajat, sy merasa tidak kuat lagi, kepala pusing dan jantung berpacu dengan sangat kencang. rasanya ingin pingsan tapi saya kuatkan hati dan pikiran untuk ttp bertahan, saya putuskan untuk istirahat, Pak Atte, masyarakat yang mememaniku sempat terlihat panik dengan melihat kondisiku, dan dia memutuskan untuk mengambil motor dan memanggil panitia. tinggal Petrus anak IBEKA Bandung yang saya minta punggungnya untuk saya jadikan sandaran. tidak lama Reno panitia datang dan membantu cm memberi semangat karena tidak membawa peralatan P3K. setelah sedikit membaik saya paksakan untuk meneruskan perjalanan sampai dipemberhetian terakhir tadi. Oleh Reno saya diberikan gula merah untuk dimakan agar dapat pulih. Akhirnya usahanyapun berhasil, Warmin yang sengaja saya tinggalkan datang dan "terpaksa" saya pulang kembali dengan membonceng motor.
Malam harinya Reno dan panitia lain datang untuk mengecek kondisiku yang memang dah baikan. Reno mengatakan dengan jujur kalo dia juga sempat panik melihat kondisiku yang mengetahui detak jantungku awalnya berdetak kencang dan tiba2 sangat lemah tapi untung katanya mentalku kuat..hoho, dia sengaja tidak memperlihatkan kepanikannya untuk membuatku semangat.
3 Malam di Cibuluh akhirnya kami semua pulang kembali ke Bandung, tetapi kali ini bukan menggunakan odong2 lagi tapi ojek motor.
Desa cibuluh yang terletak di Kawasan Cagar Alam gunung simpang Jawa barat, sangat tertinggal walaupun berada sangat dekat di Ibukota, saya berpikir bagaimana dengan desa2 yang jauh dari ibukota?? pasti pembangunannya lebih sangat tertinggal.
Desa Cibuluh dapat dikembangkan menjadi desa wisata pendidikan atau istilahnya edu-torism. banyak hal yang bisa dijadikan obyek baik lingkungannya maupun masyarakatnya.











Selasa, 11 Mei 2010

Dive in Paradise Island


Tanggal 29 Mei 2010, Saya dan beberapa teman menuju Pulau Maratua yg merupakan salah satu pulau terdepan/terluar Indonesia. Dari ibukota kabupaten Tanjung Redeb, kami menuju Tanjung Batu dengan menggunakan mobil selama 2,5 jam. Di Tanjung Batu, teman yang orang Payung-Payung sudah menunggu untuk menjemput kami dengan menggunakan kapal yang bermuatan 30 ton, kapal tersebut dirancang khusus sebagai kapal live aboard. setelah menempuh perjalanan kurang 5 Jam Kami akhirnya tiba di Pulau Maratua tepatnya di kampung Bohesilian.
Setelah hari ke-3 berada di Maratua, Kami baru menyiapkan waktu untuk melakukan diving. Penyelaman pertama kami memilih lokasi di kampung Payung-Payung yang oleh penduduk tersebut menyebut dengan sebutan Bayur.
Belum puas, malam harinya kami membuat kesepakatan untuk besok akan dilakukan penyelaman di Turtle point masih di Kampung Payung.
Keesokan harinya, jam 15.00 pada saat air surut Kami berenam dengan peralatan selam yang telah siap menuju lokasi Turtle point dengan menggunakan speed boat. Mengapa pas air surut kami melakukan penyelaman ?? karena pada waktu tersebut penyu-penyu akan banyak di daerah tubir, sebaliknya pada saat air pasang penyu-penyu mencari makan di pinggir pantai.
Setelah entri ke dalam air dilakukan, Kami berlima menyusuri sepanjang tubir menikuti arah arus laut, sepanjang tubir terlihat penyu2 yang sedang berdiam diri dsudut2 karang, amazing. Saya coba mendekati salah satu penyu tetapi penyu tersebut berenang menjauh..Seorang teman mencoba mengabadikan moment tersebut tp saya baterai underwater camerax low..:-(
Tak terasa kami melakukan penyelaman sampai kedalaman kurang lebih 20 meter..arus semakin kencang, akhirnya kami sepakat untuk segera naik ke permukaan, ternyata membutuhkan tenaga yg extra kuat karena arus seperti menekan ke bawah. dengan susah payah Kami berhasil naik dan menyudahi penyelaman walaupun hanya kurang lebih 15 menit.
Next time, Saya pasti Kembali..:-)